Oleh: Ust. Sam'an Husni [PWNW Sulawesi Tengah 1997-2021]
Pada tahun 1996, kami wisuda di Ma’had Darul Quran Wal Hadits NW Pancor, yang menandai bahwa kami telah menyandang gelar QH. Pada saat itu, saya juga sedang mengajar di SMP Pademare. Beberapa bulan setelah mengajar di SMP, saya memutuskan untuk menghadap PB NW dengan tujuan untuk mengajukan diri berjuang di luar daerah. Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan TGH. Drs. Lalu Gede Wiresentane.
Beliau sempat bertanya, *"Kamu asal dari mana? Dan apa kamu tamat dari Ma'had?"* Saya menjawab, *"Saya asal dari Bandok Tembeng Putik, dan tahun kemarin saya tamat di Ma’had."* Lalu saya berkata, *"Saya datang kemari untuk meminta izin dan restu, kiranya bisa berjuang di luar daerah."* Beliau kemudian bertanya, *"Kapan kamu ingin pergi?"* Saya menjawab, *"Kalau bisa dalam bulan ini."*
Setelah itu, beliau menulis sesuatu di selembar kertas, memasukkannya ke dalam amplop kosong, dan berkata, *"Besok kamu ke Kantor Yayasan dan serahkan ini kepada para pegawai di sana."*
Keesokan harinya, saya langsung menuju kantor Yayasan Pendidikan Hamzanwadi dan menyerahkan amplop tersebut kepada salah satu pegawai yang sudah saya kenal. Pegawai itu berkata, *"Ya, besok datang lagi ke sini."*
Keesokan harinya, saya kembali ke kantor Yayasan dan diterima oleh pegawai yang sama. Ia memberikan amplop tersebut dan berkata, *"Silakan periksa."* Saya membuka amplop itu dan menemukan surat yang ditandatangani oleh PBNW. Surat itu berisi tugas untuk saya, yaitu merintis dan mendirikan pondok pesantren di Toili, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Dua hari kemudian, saya berpamitan kepada orang tua untuk berangkat ke Sulawesi Tengah, sesuai dengan alamat yang tertera dalam surat pengantar tugas saya. Setibanya di Toili, Kabupaten Banggai, saya menumpang sementara di rumah salah seorang warga di Desa Sentral Sari, Unit 7.
Beberapa bulan kemudian, warga Lombok Sentral Sari memberikan sebidang tanah wakaf untuk mendirikan pondok pesantren. Kurang lebih setahun kemudian, saya pulang ke Lombok untuk menyampaikan rencana pendirian pondok pesantren. Di Lombok, saya langsung menuju Pancor untuk menghadap Maulana Syaikh, dengan tujuan mengajukan nama pondok pesantren yang akan saya dirikan.
Di anara beberapa nama yang saya ajukan, Al-Maghfurllah menyetujui satu nama, yaitu *"Pondok Pesantren Hikmatul Husna NW Toili."* Maka, nama itulah yang menjadi nama pondok pesantren yang saya kelola hingga saat ini. Kini berdiri Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Alhamdulillah. []




